Rabu, 14 Januari 2015

Karantina Hewan BKP Gorontalo


Secara geografis Indonesia merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari beberapa provinsi. Status penyakit di setiap daerah atau provinsi berbeda – beda tergantung dari aspek sosial budaya, letak geografis, ekonomi dan politik. Meningkatnya frekuensi lalu lintas komoditas hewan beresiko meningkatkan penularan penyakit zoonosis dan penyakit asal hewan lainnya. 

Berdasarkan UU no.18 tahun 2009 pasal 41 disebutkan bahwa pencegahan penyakit hewan dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan. Karantina pertanian termasuk didalamnya adalah karantina hewan mempunyai tugas pokok dan fungsi yang salah satunya adalah pencegahan masuk dan tersebarnya HPHK antar area dalam wilayah RI.

Pulau Sulawesi terdiri dari enam provinsi yaitu provinsi Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan, dengan memiliki situasi penyakit yang berbeda-beda. Provinsi Gorontalo merupakan suatu area didalam pulau Sulawesi. Menurut Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2000 pengertian area adalah daerah dalam suatu pulau, pulau atau kelompok pulau di dalam Negara Republik Indonesia yang dikaitkan dengan pencegahan penyebaran hama penyakit hewan karantina.

Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo adalah unit pelaksana teknis Badan Karantina yang diberi tugas menyelenggarakan kegiatan perkarantinaan untuk pencegahan masuk, keluar dan tersebarnya HPHK, OPTK dan keamanan hayati di propinsi Gorontalo, hal ini sesuai UU No. 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Saat ini Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo memiliki 5 wilayah kerja dan dengan keterbatasan sumber daya manusia yang ada Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo tetap berupaya meningkatkan kualitas pelayanan teknis.

Penyebaran penyakit hewan merupakan faktor yang harus menjadi perhatian petugas karantina pertanian khususnya karantina hewan. Komoditi yang dilalulintaskan berasal dari berbagai daerah yang memiliki situasi penyakit hewan yang berbeda-beda. Suatu wilayah dapat mempunyai penyakit hewan yang sangat beragam. Penyakit dapat dibawa oleh komoditi tertentu yang dilalulintaskan. Suatu penyakit dapat saja berakibat fatal terhadap jenis media pembawa lainnya, sehingga pengawasan terhadap komoditas yang dilalulintaskan harus memperhatikan situasi penyakit di daerah asal.(liw0117)

Selasa, 13 Januari 2015

Western Equine Encephalomyelitis (WEE) dan Eastern Equine Encephalomyelitis (EEE)

a.               Etiologi
Eastern dan Western Eqiune Encephalomyelitis masing masing disebabkan oleh virus dari genus Alphavirus (family Togaviridae). Dalam literatur kesehatan manusia penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan Eastern dan Western Equine Encephllitis dari pada ,encephalomyelitis.
Penyakit ini merupakan penyakit eksotik yang termasuk dalam golongan I berdasarkan Kepmentan No.3238/Kpts/PD.620/2009.
b.      Patogenesis
Virus Eastern dan Western encephalomyelitis siklus normalnya terjadi pada populasi burung, dan ditularkan terutama oleh nyamuk. Virus tidak dapat bertahan hidup di luar hospes. Infeksi WEE terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi. Infeksi virus dapat menyebabkan ensefalitis berat pada kuda dan manusia. Virus tidak dapat secara langsung ditularkan dari orang ke orang tanpa vector perantara. Masa inkubasi biasanya 5-10 hari (Anonim,2008).


Gambar 1 : Siklus transmisi Eastern Equine Encephalitis Virus


Gambar 2 : Perbandingan siklus transmisi Eastern, Western, dan Venezuela Equine Encephalitis Virus

Siklus hidup WEEV paling utama terjadi antara burung passerine dan nyamuk culicine, dengan berbagai mamalia sebagai hospes insidental. Culex tarsallis tampaknya menjadi vektor yang paling penting; vektor penting lainnya termasuk Aedes melanimon, Aedes dorsalis dan Aedes campestris (Anonim,2008).
EEEV terjadi secara rutin pada burung dan nyamuk di beberapa daerah yang basah. EEEV dapat diisolasi dari lebih dari 25 spesies nyamuk, vektor yang paling penting dalam siklus enzootik ini Culiseta melanura, nyamuk yang terutama menjadi makanan burung (Anonim,2008).

c.       Gejala Klinis
Sebagian besar infeksi tidak menunjukkan gejala. Kasus ringan sering hadir dengan gejala spesifik demam atau meningitis aseptik. Infeksi berat biasanya ditandai dengan onset akut, sakit kepala, demam tinggi, tanda-tanda meningeal, pingsan, disorientasi, koma, tremor, sesekali kejang (terutama bayi) dan spastik (tapi jarang flaccid) kelumpuhan. Pemeriksaan fisik biasanya menunjukan kekakuan pada leher, gangguan sensoris, dan defisit neuron motorik atas dengan refleks patologis abnormal (Anonim,2004).
WEE menyerupai EEE tetapi biasanya tanpa gejala atau menunjukan gejal ringan pada orang dewasa, dengan tanda-tanda nonspesifik dari penyakit. Gejala biasanya muncul tiba-tiba  demam, menggigil, sakit kepala, mual, muntah, anoreksia dan malaise. Tanda-tanda pernapasan kadang-kadang terlihat. Banyak orang dewasa tidak menunjukkan gejala lainnya, tetapi dalam kasus yang lebih berat, gejala neurologis mirip dengan EEE dapat berkembang dalam waktu beberapa hari. Pasien yang sembuh dari ensefalitis dapat mengalami kelelahan, sakit kepala, atau tremor sampai dua tahun. Meskipun sebagian besar orang dewasa sembuh sepenuhnya, kerusakan saraf permanen mungkin terjadi (Anonim,2008).

d.      Diagnosis
Eastern dan Western equine ensefalitis sering didiagnosis dengan serologi. Dalam kondisi tertentu, penyakit ini juga dapat didiagnosis dengan isolasi virus, atau dengan deteksi antigen atau asam nukleat dalam jaringan dan cairan tubuh (Anonim,2008).
Sulit untuk menemukan WEEV dalam darah atau CSF, tetapi dapat ditemukan di otak dan jaringan lain saat di otopsi. Swab tenggorok yang kadang-kadang menunjukan positif virus. WEEV dapat diisolasi dalam telur berembrio (Vero assay plak sel) atau tikus (Anonim,2008).

e.    Penyebaran
Western dan Eastern Encephalomyelitis ditemukan di wilayah Utara, Tengah dan Amerika Selatan. WEEV telah diisolasi dari Argentina sampai Kanada bagian barat. Di AS, virus ini ditemukan di sebelah barat Mississippi. Varian EEV di Amerika Utara terjadi di Kanada bagian timur dan semua negara bagian AS di sebelah timur Mississippi. Penyakit ini juga telah diisolasi dari Arkansas, Minnesota, South Dakota dan Texas. Varian Amerika Selatan dapat ditemukan pada wilayah bagian Tengah dan Selatan, terutama di sepanjang pantai Teluk. Sebagian besar isolat di Karibia termasuk dalam kelompok EEEV varian Amerika Utara, tetapi varian Amerika Selatan juga dapat ditemukan (Anonim,2008).

e.      Terapi
Tidak ada terapi khusus. Pasien yang mengembangkan penyakit parah mungkin memerlukan perawatan suportif antikonvulsan dan intensif untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, ventilasi yang memadai, dan untuk menghindari komplikasi infeksi bakteri sekunder. Demam tinggi kadang-kadang diproduksi oleh infeksi WEE mungkin memerlukan antihyperthermia agresif (Anonim,2004).

f.        Pencegahan
Alphavirus ini rentan terhadap banyak desinfektan umum termasuk 1% sodium hypochlorite, 70% etanol, 2% glutaraldehid dan formaldehid. Mereka juga dapat mati oleh panas lembab atau kering, serta dengan pengeringan (Anonim,2008).
Burung merupakan reservoir host utama untuk EEEV. Sebagian besar infeksi pada burung tidak menunjukan gejala/asimtomatik; Namun, penyakit telah dilaporkan pada ayam hutan chukar, burung, kuntul, ibis glossy (Plegadis falcinellus), merpati batu, burung pipit, burung psittacine, ratite (emu, burung unta), penguin Afrika dan burung crane rejan (Anonim,2008).

Virus ini terutama menyebabkan penyakit pada kuda, namun sesekali kasus ensefalitis juga telah dilaporkan pada domba, sapi, rusa, camelids Amerika Selatan (llama dan alpacas) dan babi. Selain itu, infeksi telah terlihat pada anjing, kambing, kelelawar dan mamalia kecil termasuk hewan pengerat, serta reptil dan amfibi. Infeksi eksperimental telah dilaporkan dalam berbagai spesies termasuk kelinci, sapi dan babi (Anonim,2008).

Terima kasih sudah berkenan berkunjung (liw0117)


Daftar Pustaka
Anonim.2004. Western Equine Encephalitis Bioterrorism Agent Profiles for Health Care Workers.Arizona Departemen of Health Service.diakses pada 10 September 2014. http://www.azdhs.gov/phs/emergency-preparedness/documents/zebra-manual/zm-s5-wee.pdfvAnonim.2004. Western Equine Encephalitis Bioterrorism Agent Profiles for Health Care Workers.Arizona Departemen of Health Service.diakses pada 10 September 2014. http://www.azdhs.gov/phs/emergency-preparedness/documents/zebra-manual/zm-s5-wee.pdf
Anonim.2008.Eastern Equine Encephalomyelitis, Western Equine Encephalomyelitis and Venezuelan Equine Encephalomyelitis.The Center for Food Security and Public Health Iowa University. Last Updated: April 2008. diakses pada 10 September 2014. http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/pdfs/easter_wester_venezuelan_equine_encephalomyelitis.pdf


Senin, 12 Januari 2015

Penggolongan HPHK




Kegiatan Diklat LanGaskara 2014 di Ciawi

Posting awal ini saya menuliskan tentang penggolongan jenis hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) . HPHK berdasarkan Kepmentan No.3238/Kpts/PD.620/2009 tentang jenis hama dan penggolongan media pembawa, penyakit hewan digolongkan menjadi dua yaitu golongan I dan golongan II.
Jenis hama penyakit hewan yang belum terdapat di wilayah negara Republik
Indonesia dan memenuhi kriteria, antara lain:
a. mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
b. belum diketahui cara penanganannya;
c. dapat membahayakan kesehatan manusia;
d. dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat;
dan/atau
e. dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi; ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I. 
Jenis hama penyakit hewan atau hama penyakit hewan karantina yang sudah terdapat di suatu area di wilayah negara Republik Indonesia dan berubah sifat
sehingga:
a. mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
b. belum diketahui cara penanganannya;
c. dapat membahayakan kesehatan manusia;
d. dapat menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat;
dan/atau
e. dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi;ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I
Jenis hama penyakit hewan karantina yang sudah ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan I, dan berubah sifat , sehingga:
a. tidak mempunyai sifat dan potensi penyebaran penyakit yang serius dan cepat;
b. diketahui cara penanganannya;
c. tidak membahayakan kesehatan manusia;
d. tidak menimbulkan dampak sosial yang meresahkan masyarakat;
e. tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang tinggi; dan/atau
f. sudah terdapat di suatu area dalam wilayah Indonesia; ditetapkan sebagai Hama Penyakit Hewan Karantina Golongan II

Sekian awalan dari saya pada posting pertama ini..wassalam (liw0117)